Sabtu, 12 Mei 2012

Keluarga Berencana, KB, Pelayanan KB

A.    Keluarga Berencana
1.      Pengertian Keluarga Berencana
            Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2004).
            Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat  melalui : pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
            Secara garis besar defenisi ini mencakup beberapa komponen dalam pelayanan kependudukan/KB yang dapat diberikan sebagai berikut:
a.       Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
b.      Konseling.
c.       Pelayanan kontrasepsi.
d.      Pendidikan seks (sex education).
e.       Konsultasi pra-perkawianan dan konsultasi perkawinan.
f.       Konsultasi genetik.
g.      Test keganasan

2.      Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga berencana dirinci sebagai berikut:
a.       Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat.
b.      Meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup dan menurunkan tingkat kematian bayi.
c.       Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.
d.      Meningkatkan sumber daya manusia dan martabat rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.
e.       Meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai.
3.      Sasaran Program KB
a.       Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahirandengan cra menggunakan kontrasepsi secara berkelanjutan.
b.      Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas
4.      Ruang lingkup Program KB
Menurut Handayani (2010), ruang lingkup progaram KB meliputi:
a.       Komunikasi informasi dan edukasi
b.      Konseling
c.       Pelayanan infertilitas
d.      Pendidikan Seks
e.       Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
f.       Konsultasi genetik
5.      Manffat usaha KB dipandang dari segi kesehatan
Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita

B.     Akseptor Keluarga Berencana
1.      Konsep tentang KB
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Barbara, 2004)
a.       Jenis-jenis Akseptor KB
b.      Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/ alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan
c.       Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan carayang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istrahat kurang lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-turut dan bukan karena hamil
d.      Akseptor KB baru adalah akseptor yang pertama kali menggunakan alat /obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan atau aborsi
e.       Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus
f.       Akseptor langsung adalah para istri yang memakai slah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus
g.      Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007)

C.    Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 25-35 tahun atau pasangan yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2007).

D.    Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma atau usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, dapat bersifat sementara atau permanen (Prawiroharjo, 2008)


1.      Prinsip kerja kontarasepsi
Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan sel telur dan sel sperm ada 3 cara untuk mencapai tujuan ini, baik yang bekerja sendiri maupun bersamaan yaitu:
a.       Menekan keluarnya sel telur.
b.      Menahan masuknya sperma kedalam saluran kelamin wanita sampai mencapai ovum.
c.       Menghalangi nidasi.
2.      Tujuan kontrasepsi
Menurut Hartanto (2004) Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan kontrasepsi yaitu:
a.       Umur dibawah 20 tahun merupakan masa menunda/mencegah kehamilan dengan ciri kontrasepsi sebagai berikut :
1)      Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan hampir 100% karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
2)      Efektivitas yang tinggi karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dimana kegagalan ini merupakan kegagalan program.
Kontrasepsi yang cocok seperti pil, AKDR mini dan sistem  kalender.
b.       Umur 20-35 tahun merupakan periode yang paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran adalah 2-4 tahun. Periode ini dikenal sebagai catur warga. Ciri kontrasepsi yang digunakan :
1)      Efektifitas cukup tingi.
2)      Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan anak lagi.
3)      Tidak menghambat ASI.
4)      Dapat dipakai 2-4 tahun.
Kontrasepsi yang cocok seperti IUD, pil, suntikan, pantang berkala, implant.
c.       Umur di atas 35 tahun merupakan masa mengakhiri kesuburan. Ciri kontrasepsi yang digunakan :
1)      Efektivitas sangat tinggi, kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan resiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu peserta tidak mengharapkan lagi.
2)      Dapai dipakai untuk jangka panjang.
3)      Tidak menambah kelainan yang sudah ada.
Kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi mantap.
3.      Syarat-syarat kontrasepsi
Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki syarat sebagai berikut:
a.       Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b.      Efek samping yang merugikan tidak ada
c.       Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d.      Tidak mengganggu persetubuhan
e.       Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaina
f.       Cara penggunaan yang sederhana
g.      Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
h.      Dapat diterima oleh pasangan suami istri
4.      Jenis kontrasepsi
a.       Kontrasepsi dengan Metode Sederhana
1)      Metode pantang berkala/sistem kalender
Merupakan kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur. Dengan menggunakan sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya.
a)      Manfaat
(1)     Sebagai kontrasepsi yaitu dapat digunakan untuk menghindari atau merencanakan kehamilan, tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping dan murah atau tanpa biaya.
(2)     Sebagai nonkontrasepsi yaitu dapat meningkatkan keterlibatan suami dalam Keluarga Berencana, menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami istri dan memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi suami istri.
b)      Kelebihan
(1)     Ditinjau dari segi ekonomi, sistem kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya
(2)     Dari segi psikologis, sistem kalender tidak mengurangi kenikmatan hubungan seperti pemakaian kondom.
(3)     Dari segi kesehatan, sistem kalender tidak mempunyai efek samping yang merugikan.
c)      Kelemahan
(1)     Panjang siklus menstruasi setiap wanita tidaklah sama.
(2)     Suami istri tidak dapat melakukan hubungan seks setiap saat bila tidak menginginkan kehamilan.
(3)     Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur.
(4)     Perdarahan yang kadang datang bersamaan dengan ovulasi dapat diinterpretasikan sebagai kehamilan.
d)       Wanita yang dapat atau tidak dapat menggunakan sistem kalender.
(1)   Wanita yang diperbolehkan yaitu semua perempuan dengan paritas berapa ppppppo pun termasuk nulipara, perempuan kurus/gemuk, perempuan yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi metode lain dan pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu setiap siklus haid.
(2)   Wanita yang seharusnya tidak menggunakan yaitu perempuan yang siklus haid tidak teratur dan perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid
2)      Metode Suhu basal
 Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil pada saat bangun tidur. Prinsip yang digunakan adalah menentukan masa subur, yaiti 4/5 hari setelah ovulasi dan menghindari senggama pada saat itu atau senggama dengan menggunakan kontrasepsi, misalnya kondom.
a)      Cara pengukuran suhu basal
(1)   Syaratnya tidak tidur malam paling sedikit 5 sampai 6 jam.
(2)   Suhu diukur segera setelah bangun tidur sebelum bangkit dari tempat tidur atau melakukan aktifitas dan dilakukan pada waktu yang sama.
(3)   Waktu pengukuran yang bervariasi lebih dari 1 jam harus dicatat.
(4)   Suhu diukur melalui mulut, aksilla atau anus.
(5)   Untuk akurasi, bila salah satu metode telah dipilih untuk digunakan maka sebaiknya tidak diganti.
b)      Kelebihan
(1)   Murah dan tidak memerlukan pengawasan.
(2)   Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.
(3)   Tidak ada efek samping sistemik.
c)      Kelemahan
(1)   Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, misalnya demam.
(2)   Pengukuran yang tidak tepat.
(3)   Perlu pencatatan setiap hari.
d)     Sebab-sebab kegagalan
(1)   Infeksi.
(2)   Waktu tidur tidak teratur.
(3)   Salah membaca thermometer.
3)      Metode ovulasi billings (MOB)
Merupakan suatu cara yang aman dan alamiah untuk mengetahui kapan masa subur wanita diantaranya adanya lendir yang terasa licin dan basah  selama tiga hari. Hal ini didasarkan pengamatan diri sendiri terhadap gejala-gejala yang secara alamiah dialami oleh setiap wanita yang normal. Ada 2 syarat yang harur dipenuhi agar cara ini efektif adalah dari pihak istri harus membiasakan diri untuk memperhatikan keadaan tubuh sendiri (khususnya dalam hal lendir) untuk dapat mengetahui dan memastikan kapan masa suburnya dan dari pihak suami perlu kerelaan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tubuh istrinya dalam melakukan senggama.
a)      Manfaat
(1)Sebagai kontrasepsi: dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan, tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, murah atau tanpa biaya.
(2)Sebagai nonkontrasepsi: meningkatkan keterlibatan suami dalam Keluarga Berencana dan menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami istri.
b)      Kelebihan
(1)   Tidak memiliki resiko kesehatan.
(2)   Metode ini cukup berhasil jika pasangan suami istri memiliki motivasi.
(3)   Membuat wanita lebih waspada dan mengenal siklus menstruasinya.
c)      Kelemahan
Memerlukan ketelitian dan harus mengikuti langkah-langkah untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Pasangan suami istri harus memiliki motivasi yang kuat karena siklus menstruasi dan masa subur sangat bervariasi, metode ini memerlukan penyesuaian.
4)      Coitus interuptus
            Mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya kehamilan bisa dikurangi.
a)      Manfaat
(1)   Dapat digunakan setiap waktu.
(2)   Tidak membutuhkan biaya.
(3)   Tidak menganggu produksi ASI.
(4)   Meningkatkan keterlibatan pria dalam Keluarga Berencana.
(5)   Tidak membutuhkan obat atau alat sehingga relatif sehat untuk perempuan.
b)      Kelemahan
(1)   Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya.
(2)   Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
(3)   Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
c)      Pasangan yang cocok menggunakan metode coitus interuptus.
(1)   Pasangan yang melakukan hubungan seksual secara tidak teratur.
(2)   Pasangan yang membutuhkan kontrasepsi dengan segera.
(3)   Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil menunggu metode lainnya.
d)     Pasangan yang tidak cocok menggunakan metode coitus interuptus
(1)   Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
(2)   Pria yang sulit melakukan senggama terputus.
(3)   Pasangan yang kurang dapat berkomunikasi.
(4)   hidup melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas
5)      Kondom pria
            Salah satu alat kontrasepsi yang tebuat dari keret/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Sekarang banyak jenis kondom yang berbeda dalam hal : bentuk, warna, lubrikasi, ketebalan, permukaan dan spermisida. Selain terbuat dari lateks, beberapa kondom juga terbuat dari bahan yang berbentuk plastik. Kondom berbahan plastik relatif lebih mahal dan mudah rusak.
a)      Cara kerja
Kondom akan menghalangi sperma masuk kedalam rahim, sehingga akan melindungi wanita dari kehamilan yang tidak diinginkan, karena sel sperma dan sel telur tidak bertemu. Efektifitas kondom untuk mencegah kehamilan sekitar 85%. Efektifitas akan meningkat dengan penggunaan yang benar dan akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan sistem kalender.
b)      Manfaat kondom
(1)   Murah dan mudah didapat tanpa perlu resep dokter.
(2)   Praktis dan dapat dipakai sendiri.
(3)   Mencegah kemungkinan penularan penyakit menular termasuk HIV/AIDS.
(4)   Mudah dibawa.
(5)   Membantu suami yang mengalami ejakulasi dini.
c)      Keterbatasan kondom
(1)   Kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom.
(2)   Kondom hanya dipakai satu kali pakai.
(3)   Secara psikologis kemungkinan menganggu kenyamanan.
(4)   Mudah sobek dan bocor.
d)     Efek samping
(1)   Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.
(2)   Kondom rusak atau bocor.
b.      Kontrasepsi dengan Metode Hormonal
1)      Oral/Pil
           Kontrasepsi pil biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisi 21, 22, 28 tablet  atau dengan 6 atau 7  tablet yang berupa placebo sehingga tidak perlu masa istirahat 6/7 hari. Jenis kontrasepsi pil:
a)      Kombinasi sekuensial (bifasik/trifasik).
Pembuatan sistem bifasik berdasarkan pemikiran bahwa siklus haid seorang wanita normal adalah folikuler-prolifersai (fase estrogen) dan luteal. Sehingga diharapkan pemberian hormon sintetik dimiripkan dengan siklus haid yang normal.
b)      Kombinasi monofasik
Yang tersedia secara umum dalam berbagai merek. Setiap tabletnya mengandung 20-100 gram etinilestradiol dan gestagen dengan dosis tertentu. Estrogen dosis terendah ( 20-35 µg ), dan estrogen dosis ( 50 µg). Jenis estrogen yang dipakai pada kontrasepsi oral adalah etinil estrodiol. Dosis rendah lebih sering digunakan dan untuk dosis tinggi hanya untuk kasus-kasus tertentu seperti perdarahan jika menggunakan estrogen dosis rendah.
(1)   Mekanisme kerja
·         Menghambat ovulasi.
·         Membuat endometrium tidak mendukung untuk implantasi.
·         Membuat lendir serviks tidak bisa ditembus sperma.
·         Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum terganggu.
(2)   Kelebihan
·         Reversible.
·         Siklus haid menjadi teratur.
·         Dapat digunakan pada semua usia.
·         Mengurangi resiko terjadinya kista ovarium.
(3)   Kelemahan
·         Pil harus diminum setiap hari.
·         Dapat mengurangi produksi ASI (karena terdapat hormon estrogen).
·         Kenaikan metabolism sehingga sebagian akseptor menjadi gemuk.
·         Cepat meningkatkan tekanan darah.
(4)   Kontraindikasi
·         Perempuan menyusui karena kandungan estrogen akan menekan produksi ASI.
·         Perokok aktif usia  > 35 tahun.
·         Perempuan yang diduga/didiagnosis hamil.
·         Obesitas.
(5)   Efek samping
·         Fluktuasi berat badan.
·         Kembung.
·         Nyeri tekan payudara.
2)      Injeksi/suntik
a)      Lokasi penyuntikan
Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan progestin secara consensus internasional bahwa disuntikkan di bokong yaitu pada musculus vento gluteul dalam. Musculus ini dapat diukur dari spina iliaca superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus kemudian diambil 1/3 bagian dari SIAS atau kadang-kadang diberikan di deltoid, terutama pada orang yang sangat gemuk.
 Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini kadang-kadang menyebabkan depot menyebar sehingga kadar awal dalam darah lebih tinggi dan lama kerja menjadi sangat singkat (Glasier, 2006)
b)      Jenis kontrasepsi suntik
(1)   Suntikan kombinasi
            Suntikan kombinasi yang saat ini berada dipasaran Indonesia adalah kombinasi antara 25 mg medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat, kontrasepsi suntik ini tidak mengandung etinilestradiol sehingga lebih aman dengan perempuan hipertensi dan migrain.
            Suntikan kombinasi ini efektif bekerja selama 30 hari atau 4 minggu. Pemberian pertama suntikan dengan teknik intra muscular dalam (sesuaikan dengan kondisi klien, yaitu gemuk kurusnya klien) dan mintalah klien untuk datang 4 minggu sekali atau 7 hari lebih awal untuk mencegah kemungkinan terjadinya gangguan perdarahan. Hal-hal yang perlu diwaspadai pada penggunaan kontrasepsi kombinasi ini berupa : nyeri dada hebat atau nafas pendek, sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan, nyeri tungkai hebat dan tidak terjadinya perdarahan ataupun spotting selama 7 hari sebelum penyuntikan berikutnya, ini dimungkinkan terjadinya kehamilan.

(2)   Suntikan progestin
            Saat ini suntikan progestin yang beredar di pasaran adalah yang mengandung Depo Medroksiprogesteron asetat ( DMPA ) yang mengandung 150 mg DMPA dan di berikan 3 bulan sekali atau 12 minggu sekali pada bokong yaitu musculus gluteus maximus.
             Kontrasepsi suntikan progestin ini sangat efektif karena dosis gestagen yang cukup tinggi. Akan tetapi kembalinya kesuburan cukup lambat, yaitu rata  rata 4 bulan setelah berhenti dari penyuntikan sehingga akan kurang tepat apabila di gunakan para wanita yang menginginkan untuk segera hamil pada waktu yang cukup dekat, kontrasepsi ini cocok bagi ibu yang sedang menyusui.

c)      Jenis kontrasepsi suntikan      
Nama
Isi
sediaan
Dosis/cara pakai

Cyclofem



Cyclogeston


Dedogeston




Depo provera

Medroksi progesterone asetat, estradiol supinat.

Medroksi progesterone asetat

Medroksi progesterone asetat



Medroksi progesterone asetat

Vial 0,5 mL



Vial 0,5 mL


Vial 3 mL ( 50 mg/mL)



Vial 3 mL ( 50 mg/mL)
Vial 1 mL (150 mg/mL)

0,5 ml IM setiap 30 hari



0,5 ml IM setiap 30 hari


150mg IM setiap 3 bulan. Pemberian I pada 5 hari pertama menstruasi atau segera setelah persalinan.

150 mg IM setiap 3 bulan. Pemberian I pada 5 hari pertama menstruasi atau setelah persalinan. Untuk abnormal iminens dan habitualis 50 – 100 mg dengan jarak 1 – 2 minggu

d)     Kelebihan
(1) Tidak menganggu kelancaran ASI pada saat menyusui.
(2) Praktis dan efektif.
(3) Jika ingin hamil lagi, suntikan bisa dihentikan sewaktu-waktu.
e)      Kelemahan
(1)   Ada kemungkinan fertilitas terlambat kembali.
(2)   Pada hari pertama setelah suntikan, ada yang mengalami pusing dan mual.
(3)   Kemungkinan terjadi gangguan siklus haid.
f)       Kontra indikasi
(1)   Ca. mammae dan genetalia.
(2)   Penyakit hepar.
(3)   Kelainan tromboemboli.
g)      Efek samping
Hal-hal yang sering ditemukan yaitu adanya gangguan haid berupa siklus haid memanjang atau memendek, perdarahan yang banyak ataupun sedikit, perdarahan tidak teratur atau tidak haid sama sekali dan penggunaan jangka panjang pada kontrasepsi ini akan mengakibatkan defisiensi estrogen sehingga menyebabkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, jerawat dan meningkatkan resiko osteoporosis.
3)      Implant/susuk
Alat kontrasepsi ini terbuat dari benang silastik yang masing-masing mempunyai ukuran.

a)      Jenis
(1)   Norpalnt, terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogestrel dengan lama kerja lima tahun.
(2)   Jeneda/indoplant, terdiri dua batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3 cm, diameter 2,5mm, berisi 75mg levonogestrel dengan lama kerja tiga tahun.
(3)   Implanon, terdiri satu batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,0cm, diameter 2mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dengan lama kerja tiga tahun.
b)      Mekanisme kerja
(1)   Menekan ovulasi.
(2)   Menurunkan motalitas tuba.
(3)   Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
(4)   Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu transportasi sperma.
c)      Kelebihan
(1)   Dipasang dalam jangka waktu lama.
(2)   Biaya ringan.
(3)   Dapat dilayani di daerah pedesaan.
d)     Kelemahan
(1)   Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa bercak perdarahan.
(2)   Peningkatan/penurunan berat badan.
(3)   Keluhan nyeri kepala.
(4)   Perasaan mual.
e)      Wanita yang boleh menggunakan implant
(1)   Usia reproduksi.
(2)   Pasca persalinan dan tidak menyusui.
(3)   Riwayat kehamilan ektopik.
(4)   Pasca keguguran
(5)   Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
f)       Wanita yang tidak boleh nenggunakan implant.
(1)   Hamil atau diduga hamil.
(2)   Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(3)   Mioma uterus dan kanker payudara.
(4)   Gangguan toleransi glukosa.
g)      Waktu mulai menggunakan implant
(1)   Setiap saat selama siklus haid hari ke 2-7.
(2)   Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil.
(3)   Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalianan.
h)      Efek samping
(1)   Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa bercak darah.
(2)   Keluhan nyeri kepala.
(3)   Perasaan mual.
(4)   Peningkatan/penurunan berat badan.
4). IUD/AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
            Merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melaui serviks dan dipasang dalam uterus. IUD bekerja dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan uterus. Hal ini dikarenakan karena IUD dianggap benda asing sehingga penyebabkan peningkatan leukosit. Tembaga yang dililitkan pada IUD bersifat toksit terhadap sperma dan ovum.
a)      Jenis IUD
(1)   IUD yang terkandung tembaga, yaitu copper  T dan nova T.
(2)   IUD yang terkandung hormon progesteron, yaitu mirena.
b)      Kelebihan
(1)   Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan.
(2)   Reversibel dan sangat efektif.
(3)   Tidak menganggu hubungan seksual.
(4)   Metode jangka panjang (8 tahun).
(5)   Tidak menganggu produksi ASI
c)      Kelemahan
(1)   Dapat meningkatkan resiko terjadinya resiko infeksi panggul.
(2)   Perforasi uterus, usus dan kandung kemih.
(3)   Bila terjadi kehamilan bisa terjadi kehamilan ektopik.
(4)   Prosedur medis (pemeriksaan pelvic) diperlukan sebelum pemasangan sehingga banyak perempuan yang takut menggunakan kontrasepsi ini.
d)     Kontraindikasi
(1)   Kehamilan.
(2)   Perdarahan pervaginam yang belum terdiagnosis.
(3)   Kelainan pada panggul dan uterus.
(4)   Alergi terhadap komponen IUD misalnya tembaga.

c.       Kontrasepsi dengan Metode Mantap
1.       Tubektomi
           Merupakan penutupan tuba uterine dengan maksud untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup. Karena tubektomi merupakan kontrasepsi permanen maka sebelum mengambil keputusan untuk tubektomi, suami istri harus mempertimbangkannya secara matang. Secara umum tujuan tubektomi adalah menghambat perjalanan sel telur perempuan agar tidak dibuahi sperma.
a.       Waktu pelaksanaan tubektomi
1)      Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruari.
2)      Pasca persalinan, yaitu sebaiknya dilakukan dalam 24 jam pertama atau selambat-lambatnya 48 jam pertama. Apabila lewat dari 48 jam maka tubektomi akan dipersulit oleh edema tuba uterin.
b.      Mekanisme tubektomi
Pasca persalinan dianjurkan 24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin dilakukan dengan laparatomi biasa atau dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea.
c.       Kelebihan
1.      Tidak mempengaruhi proses menyusui.
2.      Tidak bergantung faktor senggama.
3.      Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.
4.      Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius.
5.      Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
d.      Kelemahan
1.      Efek samping pembedahan.
2.      Kadang-kadang merasa nyeri pada saat operasi.
3.      Infeksi mungkin saja tejadi, bila prosedur operasi tidak benar.
e.       Kontraindikasi
1.      Hamil.
2.      Perdarahan vagina yang belum dijelaskan.
3.      Infeksi sistemik atau pelvic yang akut.
4.      Memiliki penyakit jantung dan paru-paru, hernia diafragmatika dan peritonitis akut.
f.       Indikasi
1.      Umur 25 tahun dengan 4 anak  hidup.
2.      Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup.

2.      Vasektomi
            Cara KB permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin punya anak. Operasi yang aman, mudah dan memerlukan waktu yang tidak lama. Prinsipnya yaitu menutup saluran vas deferen dengan melakukan operasi kecil pada kantong zakar sebelah kanan dan kiri. KB ini baru efektif setelah ejakualsi 30 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum waktu tersebut masih harus menggunakan barier lain misalnya kondom. Secara umum vasektomi tidak mempunyai efek samping jangka panjang, tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual.
a.       Kelebihan
1.      Tidak akan membantu ereksi, potensi seksual dan produksi hormon
2.      Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup.
3.      Lebih praktis (hanya memerlukan 1 kali tindakan).
4.      Pasien tidak perlu dirawat dirumah sakit.
5.      Keluhan lebih sedikit.
6.      Lebih ekonomis ( hanya memerlukan biaya 1 kali tindakan).
b.      Kelemahan
1.      Harus ada tindakan pembedahan.
2.      Kadang-kadang terasa nyeri pasca pembedahan.
3.      Kadang-kadang timbul infeksi skrotum jika operasinya tidak sesuai prosedur.
c.       Kontraindikasi
1.      Penderita hernia, DM, penyakit kelainan pembuluh darah.
2.      Peradangan pada buah zakar.
3.      Hidrokel (penumpukan cairan pada buah zakar).
d.      Indikasi
1.      Pasangan yang tidak ingin menambah anak lagi.
2.      Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain.



DAFTAR PUSTAKA
Handayani, S (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihana.
Hartanto (2004), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih metode alat kontrasepsi. http://www.digilib.unimus.ac.id/download.php?id=2665
Hartanto, H. (2007). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.
Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk.2007.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi.Jakarta:Salemba Medika
Sarwono, P. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar