Minggu, 14 November 2010

Perbedaan Tingkat Manusia dalam Menerima Nasihat

Ketika nasehat-nasehat diperdengarkan kepada saya, seringkali muncul dalam diri saya kesadaran spontan, takkala saya keluar dari majelis ilmu, hati saya kembali mengeras dan membatu. Mungkin semua karena saya tidak berada dalam kondisi jiwa dan pikiran yang prima (Ketika saya mendengarkan nasehat saya melepas semua urusan dunia, saya terdiam dan menghadirkan titik penyesalan untuk menimbulkan kesadaran dalam hati saya akan tetapi takkala saya sibuk dengan urusan dunia, penyakit lama kambuh kembali. Dalam hati kecil saya bertanya: Bagaimana mungkin saya kembali seperti sedia kala, seperti apa diri saya yang sebenarnya? Tetesan air mata penyesalan mengiri sembari mengharapkan pengampunan sang Khalid ) atau nasehat-nasehat tersebut saya anggap laksana cemeti; ketika saya habis dipukuli dengan cemeti, seringkali saya tidak merasakan sakit mungkin karena nasehat yang disampaikan tidak sampai pada titik lubuk hati yang paling dalam sehingga pesan nasehat hilang tersapu angin.

Inilah yang terjadi kepada saya, dan ini mungkin telah menimpa anda atau orang-orang disekitar anda, “Hanya orang-orang yang memiliki kesadaran tinggilah yang bisa mengatasi pengaruh dunia yang penuh tipu muslihat” saya bertekad kuat dan kokh berpegang pada prinsip yang saya telah yakini, lalu saya berjalan tanpa menoleh-noleh lagi. Saya akan membeorntak jika apa yang saya lakukan tidak lagi sesuai dengan tabiat diri saya, dan bukan tidak mungkin saya akan mengecam diri saya sendiri “Saya telah Munafik!” Bukan suatu masalah manakalah anda mengecam diri anda selama hal tersebut untuk melawan dan memunculkan keyakinan anda untuk tidak keluar dari prinsip kebenaran yang anda yakini.

Terkadang pula saya masih terseret-seret oleh kelalaian akibat pengaruh tabiat diri saya, namun pada saat yang sama nasehat-nasehat tersebut masih mempengaruhi diri saya untuk beramal, Ibarat cabang-cabang pohon yang goyang diterpa hembusan angin. Terkadang pula nasehat-nasehat tersebut belum mampu mengoyahkan hati saya dari tabiat buruk saya, saya hanya mendengar, saya seperti batu-batu yang diam.
Mungkin kejadian-kejadian yang menimpa saya, telah terjadi pada diri anda olehnya itu mari untuk selalu saling mengingatkan agar kita dapat keluar dan menjadi seorang pribadi yang mempunyai dan memegang prinsip kebenaran keyakinan, tidak terpengaruh dengan segala tipu daya duniawi.

SEMOGA KISAH INI MEMBERI MANFAAT BAGI KITA SEMUA, AMII...........N